Selasa, 08 Oktober 2013

TUGAS MATA KULIAH KRITIK ARSITEKTUR

KRITIK ARSITEKTUR
Jenis-Jenis Kritik ;
1.    Kritik Normatif (Normative Criticism) Hakikatnya kritik ini adanya keyakinan bahwa di lingkungan dunia manapun bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, sandaran sebagai sebuah prinsip. Norma juga berupa suatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi. Kritik Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu :
·         Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur.
·         Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.
·         Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik.
·         Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan.

2.    Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Ada 2 teknik dalam menggunakan kritik ini, yaitu :
·         Advocatory, Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
·         Evocative, Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).

3.    Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya. Kritik impresionis dapat berbentuk :
·         Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
·         Caligramme (paduan kata)
·         Painting (lukisan)
·         Photo image (imagi foto)
·         Modification of building (Modifikasi bangunan)
·         Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).

4.    Kritik Deskriptif (Descriptive Criticism) Dibanding kritik lain, kritik ini lebih terlihat lebih nyata (actual). Kritik ini mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap kota. Melihat sesuatu bangunan sebagaimana adanya tanpa me-judge atau me-interprete. Yang masuk metode pada kritik ini adalah :
·         Depictive (gambaran bangunan)
·            Grafis (static).
·            Verbal (dynamic).
·            Prosedur (Process)

·         Biographical (riwayat hidup)
·         Contextual (Peristiwa)



Contoh :
Kritik impressionis
menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya keseniannya


MUSEUM SERANGGA
 Sejarah Museum Serangga ( Taman Mini Indonesia Indah )
Pengurus Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) dengan restu Ibu Tien Soeharto mendirikan Museum Serangga dengan tujuan mengenalkan keanekaragaman khasanah serangga serta merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensinya di alam.
Museum ini menempati areal seluas 500 m2 mengambil bentuk tubuh belalang dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 20 April 1993. Pada tahun 1998, atas bantuan Dr. Soedjarwo melalui Yayasan Sarana Wana Jaya, menambah wahana baru berupa Taman Kupu beserta kebun pakan, kandang penangkaran, dan laboratorium yang diharapkan menjadi usaha penangkaran dan pelestarian kupu-kupu yang dilindungi dan langka. Kemudian tahun 2004 bertambah lagi sarana koleksi binatangnya selain serangga.
Jenis serangga dunia diperkirakan sekitar 16% ada di Indonesia. Sebanyak 500 jenis, terdiri atas kupu-kupu (sekitar 250 jenis), kumbang (sekitar 150 jenis), dan kelompok serangga yang lain (sekitar 100 jenis) menjadi koleksi Museum Serangga dan Taman Kupu (MSTK). Diorama-diorama yang dapat dilihat meliputi pesona kumbang nusantara, peranan serangga tanah dalam ekosistem dan pelestarian ekosistem, peta serangga Indonesia, serangga-serangga perombak, peta kupu-kupu Indonesia, kupu-kupu Bantimurung, dan serangga-serangga di pekarangan, serta kotak-kotak koleksi yang menampilkan kelompok serangga lain.
Selain koleksi serangga mati, juga mempunyai koleksi serangga hidup yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung, antara lain kumbang tanduk, kumbang air, lebah madu, belalang ranting, belalang daun, dan kumbang badak. Di dalam Taman Kupu terdapat sekitar 20 jenis tanaman berbunga yang sering dikunjungi kupu-kupu. Selain itu juga dipelihara beberapa jenis binatang, antara lain tupai Sumatera, tupai Bali, oppusum layang, kadal lidah biru, kancil, dan tarsius. Laboratorium digunakan sebagai sarana penangkaran dan terbuka bagi mahasiswa dan pelajar yang ingin belajar bagaimana mengoleksi, membuat awetan serangga, identifikasi, serta memelihara serangga hidup dan mati.
Museum juga menyediakan layanan untuk menambah pengetahuan mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan serangga, misalnya bimbingan umum tentang serangga dan kehidupannya, pemutaran film tentang kehidupan serangga dan penjelasan di ruang audio visual, bimbingan mengawetkan serangga, dan penangkaran serangga (kupu, belalang ranting dan belalang daun), yang dilengkapi dengan perpustakaan.
Museum fauna Indonesia “Komodo” adalah museum yang bertemakan  dunia satwa Indonesia dalam bentuk awetan. Bangunan museum sangat unik karena ruang pameran berbentuk Komodo, jenis reptile purba yang hidup di habitat aslinya Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Museum ini didirikan di atas lahan 10.120 m2 dengan luas bangunan 1.500 m2, dibangun mulai tanggal 1 Oktober 1975 sampai dengan 1 Juli 1976, dan diresmikan pada tanggal 20 April 1978 oleh prsiden Soeharto. Museum Komodo sangat cocok untuk pengunjung usia anak-anak dan pelajar guna melihat kekayaan fauna Indonesia yang disajikan dalam bentuk diorama yang menarik. Tak kurang dari 150 jenis binatang yang sudah diawetkan, diperagakan dalam ruang-ruang kaca di gendung berlantai dua tersebut. Pameran keanekaragaman fauna dari kepulauan Nusantara ini disajikan berdasarkan kelompok persebarannya, yakni dari daerah barat ke timur dan dari pantai ke pegunungan. Dari barat ke timur menunjukan persebaran hewan dari Sumatera sampai Papua, sedangkan dari pantai ke pegunungan menunjukan habitatanya, yakni tempat dimana satwa tersebut hidup.
Peragaan di lantai pertama, pengunjung akan diajak melihat koleksi berbagai jenis binatang mamlia, serangga dan reptilian lengkap dengan kondisi lingkungan alamnya. Binatang mammalia yang dilindungi, ditampilkan untuk mengingatkan apabila tidak dijaga dan dilestarikan akan segera punah, antara lain: harimau, gajah dan beruang. Di dalam vitrin-vitrin disajikan berbagai macam kupu-kupu yang terdapat di bagian barat sampai dengan bagian timur. Berjenis-jenis keong dan kerang, kepiting serta udang dipamerkan mewakili kekayaan fauna laut. Di sudut lain juga dipamerkan binatang beruas seperti kaki seribu, laba-laba dan kalajengking

Gambar ini merupakan view dari museum serangga yang diambil pada sisi kiri museum. Museum ini terletak pada lahan seluas 500 m2, di dalam museum tidak hanya terdapat serangga yang sudah diawetkan, terdapat juga serangga dan kupu-kupu yang masih hidup yang dapat dilihat di belakang
museum yang merupakan taman hidup kupu-kupu.


Gambar ini merupakan finishing dari fasade bangunan museum air tawar yang terdapat jendela yang menyerupai garis-garis pada bagian tubuh serangga di setiap sudut bangunan.









Pada gambar diatas merupakan plafon ruang –ruang museum serangga yang mengikuti pola grid dengan warna yang bernuansa serangga




Terima Kasih 
E D Y  S U T O M O
4TB 01/20308010
Tekhnik Arsitektur Gunadarma
(sumber blog Taman Mini Indonesia Indah)

Senin, 20 Mei 2013

Konservasi Arsitektur - Rumah Si Pitung



Peninggalan sejarah saat ini sering terlupakan diakibatkan oleh kemajuan jaman yang membuat orang melupakanya khususnya di daerah DKI Jakarta. Banyak bangunan bersejarah yang tidak terawat tempatnya bahkan juga ada yang menghancurkan bangunanya untuk kepentingan perorangan. Bangunan bersejarah yang seharusnya dirawat untuk mengenang tempo dulu, namun kini sudah jarang ditemui. Bangunan bersejarah lebih banyak dihancurkan kemudian dibangun gedung-gedung tinggi dan mall mewah.


Ini Dia Tempat si Pitung Ngumpet. Rumah Si Pitung yang berlokasi di Marunda, ...
republika.co.id


Namun diujung Jakarta tepatnya di daerah Marunda, Cilincing, Jakarta utara masih dapat kita temui dan lihat peninggalan bersejarah yaitu Rumah Si Pitung. Disana kita dapat melihat banyak peninggalan dari masyarakat Betawi asli. Suasana angina yang terasa sangatlah sejuk disana karena letaknya yang tidak jauh dengan pantai.

Keunikan dan keaslianya namun sudah kurang terasa apabila kita berkunjung kesana, dikarenakan perenovasian dan peremajaan rumah si Pitung. Namun hanya beberapa bagian saja yang direnovasi seperti mengecat rumahnya, memperbaiki genteng yang bocor dan lantai bangunan yang berlubang hal ini diungkapkan langsung oleh pekerja disana. Apabila ingin berkunjung kesana jangan lupa membawa uang receh yang banyak, karena banyak pengemis yang meminta mulai dari anak kecil hingga orang tua.

Sejarah singkat mengenai si pitung, si Pitung merupakan jagoan Betawi Menurut buku Sejarah Kampung Marunda yang diterbitkan Dinas Pariwisata dan Permuseuman DKI Jakarta. Si pitung sangat kesal dengan Belanda karena ia menganggap bangsa Belanda sangat semena-mena dengan masyarakat pribumi, oleh karena itu ia mencuri orang-orang Belanda yang kaya kemudian uangnya dibagikan kepada fakir miskin.
Beberapa kali Si Pitung ditangkap dan dipenjarakan, tetapi selalu dapat meloloskan diri. Karena itu, ia dijadikan legenda, bisa menghilang dan tidak mempan oleh peluru. Karena aksi-aksinya yang membuat panik penjajah dan keamanan di Batavia terganggu, Belanda pun menugaskan Scehout (pemimpin di kepolisian) memimpin operasi penumpasan. Karena dikhianati salah satu kawannya, Pitung ditembak oleh Scehout Heyne dan pasukannya, dengan peluru emas yang khusus disediakan untuk melawan kesaktiannya. Kemudian mayatnya dimakamkan dengan tubuh terpisah dengan kepala. 

Masjid Si Pitung Pantai Marunda
article.wn.com


Untuk menuju Rumah Si Pitung bisa dikatakan tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit. Hal ini dikarenakan jalannya yang berbelok-belok dan beberapa ruas di seputaran Marunda juga mengecil. Paling mudah ambil saja patokannya, Pelabuhan Tanjung Priok. Dari Situ anda bisa tanya menuju Maruda Center. Lokasi Rumah Si Pitung sekitar dua kilometer dari Marunda Center. Ketika anda sampai di Marunda Center, tanya orang setempat, pasti tahu semua keberadaan Rumah Si Pitung. Hal ini dikarenakan rumah si Pitung sudah dijadikan cagar budaya oleh pemerintah DKI Jakarta.(aji, icon)












Nama kampung di Betawi yang menjadi bagian wilayah Marunda Pulo. Marunda, merupakan daerah di Jakarta yang penduduknya masih melestarikan bangunan rumah tradisional Betawi. Letaknya di pinggir pantai, sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Di Marunda terdapat satu istilah yakni nelayan empang untuk menyebut nelayan tambak atau petani tambak. Semula banyak orang Betawi di Kelurahan Marunda berprofesi sebagai nelayan empang. Sebutan ini mencerminkan keakraban mereka dengan laut dan pentingnya pekerjaan dari hasil laut bagi mereka.
Asal Mula Marunda: Legenda nama Marunda terdapat dua versi. Pertama, menurut cerita terjadinya kampung Marunda berawal dari sebuah masjid yang ditunda pembuatannya karena penduduk setempat belum bisa menerima siar agama Islam. Sesuai pesan Syarif Hidayatullah, supaya meninggalkan kampung jika ada konflik akibat siar agama Islam.Ketika penduduk kampung sudah sadar dan memerlukan tempat ibadah, pembangunan masjid dilanjutkan kembali. Masjid itu dinamakan masjid Marunda. Marunda berasal dari kata tunda. Kampung tempat didirikannya masjid diberi nama kampung Marunda.
Kedua, konon nama Marunda berasal dari seorang perampok bernama "Ronda", yang menggarong dan membunuh seorang pedagang kaya Tionghoa, yakni Nuk Eng Cak. Oleh karena itu Ronda diburu oleh Tuan Schot, artinya 'Tuan Kepala Daerah' yang merangkap polisi. Akhirnya Ronda ditangkap dan ditahan dalam penjara di Glodok, yang sampai tahun 70-an masih tampak di belakang Pasar Lindeteves sekarang. Akan tetapi, cerita ini bukan sejarah, karena nama "Marunda" sudah terdapat sejak akhir abad ke-17, sehingga jauh lebih tua dari si Ronda beserta ceritanya itu.